Arabika dari lereng gunung Arjuno
Gunung Arjuno merupakan gunung berapi di Daerah Jawa Timur dengan ketinggian 3.339 m dpl. Bukan rahasia lagi, gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung ini menjadi salah satu favorit para pendaki. Medan yang lumayan berat sama sekali tak menyurutkan langkah kaki mereka untuk menaklukan Gunung Arjuno. Namun tak banyak yang tahu, dibalik langkah kaki para pendaki, terselip langkah kaki lain yang tak kalah besemangat. Mereka tak lain adalah para petani Kopi Arabica Lereng Gunung Arjuno yang tergabung dalam Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi, Desa Jatiarjo, Pasuruan.
Kopi arabica Lereng Gunung Arjuno dibudidayakan di ketinggian 1000-1500 m dpl, berwarna hijau sampai hijau gelap, sangat baik di roasting medium sehingga muncul aroma asli yang berasal dari unsur mikro serta makro yang ada di Lereng Gunung. Bercita rasa lembut dan harum, pengaruh dari tanah vulkanik dan vegetasi hutan yang adalah hutan heterogen. Selain itu, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah aroma sulfur dari gunung wilerang yang bersebelahan dengan Gunung Arjuno. Dengan kekhasannya tidak heran kopi arabica Lereng Gunung Arjuno ini memiliki tempat tersendiri di hati para penikmatnya.
Lokasi lereng yang jauh dari pemukiman dan medan yang berat nyatanya tidak menjadi kendala bagi Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi untuk tetap membudidayakan kopi-kopinya. Pak Rosiyadi misalnya, pria kelahiran Pasuruan, 26 Januari 1964 ini setiap hari rela menempuh jarak berkilo-kilo meter dengan hanya mengandalkan kedua kakinya untuk mencapai lahan. Udara dingin menusuk kulit sudah sangat akrab menemani perjalanannya. Begitu pula Pak Duriyat, berbekal motor tua, setiap hari Pak Duriyat melewati jalan terjal dan berbatu untuk mencapai lokasi lahan. Bukan sekali dua kali motonya harus tergelincir atau bahkan mati ditengah jalan.
Pada bulan Juli 2018, fasilitator PT. Iskol Argidaya Internasional melakukan pendampingan pertanian organik untuk Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan petanian organik yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pendampingan ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam kebiasaan-kebiaan yang dilakukan anggota kelompok dan melihat apakah kebiasaan tersebut sesuai dengan standar pertanian organik.
Untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan anggota, maka dilaksanakanlah kegiatan inspeksi internal, dimana inspektor internal didampingi fasilitator mengunjungi lahan, tempat penjemuran dan penyimpanan kopi. Sebanyak 25 anggota yang didaftarkan untuk sertifikasi organik dengan total luas lahan sekitar 54 ha, ditambah dengan kondisi lahan yang miring, menjadi tantangan tersendiri bagi fasilitator.
Tantangan terberat namun menyenangkan selama inspeksi internal adalah saat meninspeksi lahan Afandi, kami perlu berjalan melewati jurang dengan kemiringan ± 50o ditambah dengan kondisi pohon yang sudah tinggi membuat cahaya matahari tidak dapat menembus dedaunan. Walau jarak yang kami tempuh lumayan jauh dan menguras energi, hal ini sama sekali tidak menyurutkan antusiasme inspektor internal dan para petani yang saat itu ikut menemani inspeksi.
Setelah melihat keadaan lahan, selanjutnya kami mengunjungi rumah masing-masing petani untuk melihat bagaimana cara penjemuran dan penyimpanan kopi. Sebagian besar petani, menjemur kopinya di halaman rumah yang tingkat kontaminasi dari kendaraan bermotor dan hewan peliharaan masih tergolong tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, seluruh anggota kelompok setuju membuat tempat penjemuran khusus untuk menghindari kemungkinan kontaminasi. Sedangkan untuk tempat penyimpanan, hanya sebagian anggota yang menyimpanan hasil panennya di rumah, kerana kebanyakan anggota lainnya menjual kopi dengan cara borongan (dijual ketika kopi masih berada di pohon) pada tengkulak. Penjualan yang belum satu pintu inlah yang menjadi perhatian penting fasilitator.
Melihat bagaimana antusiasme seluruh anggota akan rangaian sertifikasi ini, membuat kami yakin Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi ini dapat terus mengikuti program sertifikasi hingga akhir dengan baik.
Penulis : Indryani Rahayu